Setelah Aceh, kali ini negara  Jepang diguncang oleh gempa bumi yang sangat dahsyat, 8.9 SR, yang  memicu terjadinya Tsunami. Sumber gempa diinformasikan berpusat 400KM  timur laut kota Tokyo, kedalaman 24KM.
Situasi juga diperparah dengan gagalnya sistim pendingin di pusat  pembangkit tenaga nuklir, yang mengakibatkan tekanannya melebihi batas  normal dan sewaktu – waktu bisa meledak.  Keadaan daruratpun  dikeluarkan. Warga yang tinggal di sekitar reaktor nuklir Fukushima  diperintahkan untuk dievakuasi. Nggak kebayang kalau reaktor nuklir  meledak dan menimbulkan radiasi.  
Gempa yang terjadi Jum’at 11 Maret 2011, 0546 GMT  ini tercatat  sebagai gempa kelima paling besar yang terjadi sejak tahun 1900 dan  menurut ilmuwan, hampir 8000 kali lebih kuat dari gempa yang terjadi di  Christchurch bulan lalu.
Sendai, salah satu kota di Miyagi Perfecture,  semacam  negara bagian, terkena dampak yang cukup parah. Mobil, kapal, bangunan,  disapu  oleh dinding air raksasa setinggi hampir 10 meter. 
Berikut paparan peta Negara Jepang dan kedaaan kota Sendai sebelum Tsunami. Untuk memperbesar, sila diklik aja gambarnya.

Sebelah timur laut Jepang adalah Samudera Pacific, lautan lepas tanpa ada lagi pulau-pulau besar yang menghambat hingga akhirnya sampai ke Amerika Latin.

Sebelah timur laut Jepang adalah Samudera Pacific, lautan lepas tanpa ada lagi pulau-pulau besar yang menghambat hingga akhirnya sampai ke Amerika Latin.

Di sebelah timur kota Sendai terhampar pantai yang menghadap ke Samudera Pacific. Terlihat 6 garis putih di pinggiran pantai.

Garis-garis putih itu ternyata adalah tumpukan beton yang berfungsi sebagai pemecah ombak dan penahan terjangan gelombang laut. Tapi sepertinya ini tidak dapat menahan hantaman Tsunami yang begitu dahsyat.
Dari bencana yang terjadi, ada yang menarik perhatian saya saat  melihat tayangan tv. Sepertinya warga Jepang sudah terbiasa dan  ‘well-prepared’ menghadapi gempa. Misalnya, saat terjadi gempa seorang  anak terlihat berlindung di bawah meja. Jadi bukannya berlarian dan  panik. Ini sesuai dengan SOP (standard operating procedure) kalau  terjadi gempa.  Begitu juga dengan  karyawan di kantor. Dan saat rakyat  diperintahkan evakuasi, mereka akan evakuasi, dan tertib saat antri  mendapatkan bantuan, tidak ada yang berhimpit-himpitan.  Konstruksi  bangunanpun rata-rata kuat. Terlihat gedung bergoyang-goyang, namun  tidak rubuh  walau gempa berlangsung lama. Akh, tidak terbayangkan jika  gempa 8.9 terjadi di Jakarta, apa yang akan terjadi dengan gedung  pencakar langitnya.  Dan kita tentu saja tidak mengharapkan hal itu  terjadi. 
Semoga  kita bisa mengambil hikmah dan belajar dari rentetan  bencana-bencana yang terjadi. Sebagai umat beragama, kita anggap itu  sebagai teguran agar lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, sambil  memperbaiki diri, memperbaiki tindakan kita terhadap alam dan sesama.
Semoga rakyat Jepang dan rakyat Indonesia yang berada di Jepang  kembali pulih seperti sedia kala, walaupun bagi mereka yang kehilangan anggota keluarga, teman, dan sanak  famili. 
 






 
 



No comments:
Post a Comment